Gus Baha Ulama Yang Unik

0

K.H Bahaudin Nursalim atau biasa dipanggil dengan sebutan Gus Baha merupakan salah satu ulama NU asal Rembang yang menguasai ilmu tafsir sekaligus ilmu fiqih. Beliau adalah alumni Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Seorang ulama yang memiliki penampilan sederhana, yang selalu mengenakan kemeja putih serta berpeci hitam, Kepribadian Gus Baha sangat berbeda dengan ulama besar pada umumnya yang biasanya berjubah juga bersorban.

Sebelum Gus Baha mondok di Al Anwar Sarang beliau menghafal Al Quran beserta qiroahnya kepada ayah beliau di Kragan Rembang. Dan setelah itu baru Gus Baha melanjutkan ngajinya kepada Hadratus Syekh Maimoen Zubair diSarang. Kemudian setelah dari Sarang barulah beliau mengasuh Pondok Pesantren milik ayahnya serta melanjutkan daring beliau hingga dikenal oleh khalayak umum sampai saat ini. Kepercayaan dirinya yang kuat dan penampilannya yang sederhana itulah yang membuat banyak orang senang mendengarkan pengajian beliau, ditambah dengan gaya bicaranya yang khas juga membuat orang lain mudah memahami apa yang beliau sampaikan.

Seorang santri kesayangan Hadratus Syekh Maimoen Zubair itu pernah membahas tentang madzhab yang mengkafirkan organisasi yang membaca tahlilan. Menurut beliau tidak semua amaliyah diajarkan oleh Rasulullah SAW, oleh karena itu Imam Syafii membedakan bid’ah menjadi dua yaitu bid’ah baik dan bid’ah buruk.

Gus Baha menunjukkan kesesatan berpikir orang tersebut dengan menyampaikan pendapatnya “ lha wong sek sak umur umure kafir, terus ngucap lafal laa ilaaha illallah wae dadi mukmin, lah iki wong sek moco lafal laa ilaaha illallah ning tahlilan kog dianggep kafir, kan aneh…” ucapnya jelas.

Tidak semua orang memahami kepribadian Gus Baha secara jelas terutama untuk orang awam, dan salah satunya yaitu saya. Saya sering sekali mendengarkan daring-daring beliau lewat sosial media. Dan pernah suatu ketika saya menghadiri majlis sholawat dalam acara Jateng bersholawat bersama Pak Ganjar dan Gus Yasin, Gus Baha duduk persis disamping pasangan

 

Gubernur dan Wakil Gubernur itu berkata “…sebagai seorang kyai saya yakin saya akan masuk surga dan saya berharap disurga nanti saya tidak satu tempat dengan mbah Moen, apabila satu

tempatpun ya diberi pembatas lah…” sekilas ungkapan Gus Baha yang masih saya ingat sampai detik ini, pada waktu itu beliau menyampaikan pengajiannya kurang lebih hanya berdurasi lima menit saja.

Semua kyai dan para ulama pasti mempunyai pandangan yang luas. Dan dari kalimat yang diucapkan Gus Baha tadi membuat saya malu, saya yakin sebagai seorang santri ataupun seorang murid pasti menginginkan bersama-sama dengan gurunya kelak disurga. Namun lain dengan Gus Baha, beliau justru tidak ingin satu tempat dengan mbah Moen, karena beliau merasa kurangnya kebebasan, rasa sungkan itu pasti ada. Kalau dipikir kembali benar juga sih. Akan tetapi siapa yang akan menjamin itu semua? wallahu a’lam, semua kembali kependapat masing-masing.

Selain itu Gus Baha juga mempunyai pemikiran yang ringan. Beliau membuat agama islam ini mudah. “…wong iku sek penting ora maksiat.” Dawuhnya yang lain “jangan terlalu membesar-besaran hal yang berpotensi membuat orang biasa menjadi susah menjalankan syariat islam..” Dan masih banyak lagi dawuh yang lain, daringnya sangat menarik untuk didengarkan, jadi tidak heran jika beliau mudah dikenal oleh masyarakat baik diorganisasi NU maupun organisasi selain NU.

Bersyukur kita masih bisa mengenal Allah SWT lewat dakwah dakwah para ulama hingga sekarang. Dan semoga ulama nusantara selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin, Alfatihah. Dzurriyyah.

Leave A Reply

X